Naruhana bangkit berdiri dari tempat duduknya. “Baiklah, sebaiknya aku pergi. Selamat malam, Ren-san dan Miyu.”
“Tak kusangka gadis seperti dia bisa berkata sadis seperti itu… Memang yandere banget,” Komentar Ren hanya cengok mendengar perkataannya. “Ayo kita tidur, Miyu-san. Sudah malam.”
Aku hanya mengangguk dan perkataan Naruhana masih begitu terngiang di kepalaku. Namun aku mencoba untuk melupakannya dan tidur dengan nyenyak dan tenang. Besok memang belum The Assassination Games, tapi pelatihannya. Sudah lagi Chitose menyuruh kami bangun pagi.
Pagi hari sekali kami bangun. Aku tidak bangun sendiri, tapi dibangunkan oleh Ren. Oh aku baru ingat, aku terlalu terbiasa mendengar nyanyian burung Canary. Kalau tidak mendengarnya, aku tidak akan bangun sama sekali.
Aku menguap. “Hhoam…”
“Selamat pagi, Miyu-san.” Sapa Ren sambil membuka korden, dan dia sudah berpakaian rapih dengan seragam pelatihan yang disiapkan khusus oleh pihak pengelola The Assassination Games. Terdapat angka 9 dalam Romawi di lengannya, menandakan bahwa kami peserta Distrik 9.
“Cepat sekali! Kamu bangun jam berapa?” tanyaku sambil turun dari tempat tidur.
Ren mengingat-ngingat. “Kalau ga salah itu jam 4 pagi, tapi bisa juga jam setengah 4…” Aku cengok mendengar pernyataan Ren itu. Dia bisa bangun pagi tanpa alarm, dan aku cukup kagum karena aku hanya bergantung pada burung Canary.
“Baiklah, aku mandi dulu.”
Air dari shower ada yang panas dan ada yang dingin, dan karena tak pernah mengurusi alat seperti ini aku langsung dibanjur air yang super panas. “Hoaaaaaa!”
“Miyu-san?” tanya Ren mengetuk pintu kamar mandi. “Ada apa? Air panasnya ya?”
Aku mematikan keran. “I, iya… Kulitku langsung merah… Ren tidak usah khawatir, aku akan mencoba mengurusinya.” Setelah aku mencoba mengutak-ngatik kerannya, aku berhasil melewati cobaan. Aku bisa mandi dengan nyaman lalu berganti baju dengan baju pelatihan.
“Sudah siap berangkat? Chitose akan menunggu di depan ruang latihan.” Ujar Ren membuka pintu kamar.
Aku mengangguk, lalu mengambil panah andalanku dan mengikuti Ren ke tempat Chitose telah menunggu kami berdua. Dia memang telah menunggu sambil bersiul-siul tidak jelas.
“Datang juga.”
“Maaf, tadi aku kesulitan dengan keran air shower…” Aku menunjukkan kulitku yang benar-benar merah itu. Chitose hanya memaklumi saja, mungkin karena dia akan memberitahu sesuatu yang penting.
“Kalian tahu seharian penuh ini akan dipenuhi oleh latihan dan aktivitas lainnya yang agak berat. Saranku adalah, tetap jaga gizi kalian dan jangan terlalu berlebihan. Atur strategi yang baik saat latihan, dan sebaiknya kalian memerhatikan dengan cermat apa bakat bertarung setiap peserta, lalu diingat.” Jelas Chitose serius.
Aku dan Ren mengerti. “Jadi, singkatnya hal yang kau beritahu itu akan mempermudah kami?” tanya Ren.
“Tentu saja. Aku pun melakukan hal yang sama, tapi kalian harus berhati-hati juga. Berlatihlah yang tekun dan serius selama masa latihannya, karena Cuma ada sekali dan The Assassination Games akan dimulai besok.” Chitose melihat jamnya dan melambaikan tangan kepada kami, mungkin karena dia harus segera pergi.
Ren masuk ke dalam gedung pelatihan. “Ayo, Miyu-san.”
“Ya.”
Saat kami masuk, kami sudah bisa melihat peserta dari Distrik 1, 2, 4 dan 7. Aku disambut oleh Naruhana, dan kelihatannya ia kesal. “Pagi, Miyu,” kata Naruhana datar. “Rio jahat.”
“Kenapa? Kalian bertengkar?” tanya Ren heran.
Naruhana manyun. “Bukan urusanmu… Tapi, masa dari tadi dia mengabaikanku terus, dan malah diam sambil mendengarkan musik kesukaannya!” desisnya kesal. Memang yandere sejati.
“Miyu-san, aku akan menunggu disana. Kamu berbincang-bincang dulu saja…” Ren pun pergi meninggalkan aku dan Naruhana berdua.
Tiba-tiba Naruhana mendapat ide, menurutku. “Saat Rio pergi ke toilet, ayo kita telusuri musik yang terdapat di MP4-nya itu!” bisik Naruhana girang. MP4? Itu apaan? Mungkin alat yang bisa menyimpan musik? Di Distrik 9 tidak ada, jadi aku tidak mengerti.
Rio benar-benar pergi ke toilet dan kami diam-diam mengambil MP4 dan headset-nya. Naruhana yang mengerti kontrolnya, mulai mengotak-ngatiknya. “Sebenarnya lagu apa sih yang membuatnya sampai dia begitu konsentrasi mendengarkannya,”
Naruhana cengok, bercampur tertawa terbahak-bahak.
“Nyan Cat?! Nekomimi Switch? Rin Rin Signal? Hahahahahahaha…!” seru Naruhana tertawa-tawa. Musiknya juga terdengar… sangat kekanak-kanakan. Apakah Rio itu pedophile? Oh, itu terkesan gila. "Sekarang aku tahu bahwa Rio itu..."
Rio keburu datang dan dengan cepat Naruhana mengembalikan alat-alat musik Rio itu dengan sempurna ke tempat semulanya. “Perasaan aku dengar suara tawa yang sangat keras tadi?”
Aku dan Naruhana mengangkat tangan. “Kami tidak tahu.”
Rio menatap tajam Naruhana, dan meneruskan mendengarkan lagunya itu. Entah apa yang membuat Rio tertarik dengan lagu imut dan kekanak-kanakan itu, memang beberapa sangat bagus namun yang satu itu memang bertema little sister…
“Semua peserta, kumpul!” seru pelatih kami pada saat pelatihan ini.
Aku segera bergegas untuk berkumpul diikuti oleh Naruhana. Kami berbaris melingkari pelatih. “Namaku Seiru Kirino, bertugas untuk melatih kalian. Kali ini, aku akan memulai program secara satu persatu. Pertama, aku ingin melihat kemampuan bertarung kalian.”
Baik Ren maupun aku, kami mengamati talenta lawan dengan cermat sesuai dengan anjuran Chitose sebelum kami masuk ke ruang pelatihan. Peserta Distrik 1, Hinagiku dan Rei – sangat mengerikan.
Tebasan pedang, ya pedang. Kuat sekali dan aku bisa merasakan hawa nafsu membunuh yang pekat. Sementara itu, kuku besi yang berada di jari Rei juga luar biasa tajam, lebih tajam dari pisau. Distrik 1 memang distrik yang memiliki produk andalan berupa senjata, sehingga tidak heran bahwa senjata mereka itu lengkap.
Peserta Distrik 2, Celine dan Zero juga tidak kalah. Celine menggunakan pecut dari tali tambang dan dia sangat lincah. Semua dummy doll bisa ditebasnya dengan sempurna. Tak lain Zero, dia menggunakan jarum yang dapat diluncurkan lewat sebuah alat khusus yang dikaitkan di pergelangan tangannya. Mereka itu tipe petarung jarak tengah atau jauh, menurut analisis ku.
Kitano dan Hazuki, peserta Distrik 3 memang mengejutkan. Di balik wajah yang tenang, kekuatannya sadis. Kitano menggunakan dua pedang pendek yang mirip dengan Kizuna. Hazuki menggunakan pisau lempar yang bisa ia kendalikan lewat benang transparan yang ukurannya tipis, seperti dia mengendalikannya tanpa menyentuh. Dan lagi tangan mereka cepat.
Baik Kirito atau Akari, peserta Distrik 4 – tergolong defensif. Kirito menggunakan tongkat dan cara ia memutarnya mengerikan, dan tangannya sangat lentur. Dua dummy doll bisa dibantai olehnya. Akari, ternyata pandai dalam urusan kapak, dan ayunannya kuat.
Distrik 5, dengan pesertanya Chielle dan Kanata. Chielle menggunakan rantai besi panjang yang dilengkapi dengan pisau. Itu mengerikan, sekali ayun, bertambah tingkat kerusakannya. Kanata menggunakan pedang, namun pedang itu tidak terlalu panjang. Tebasannya hampir sekuat Hinagiku.
Mai dan Ryosuke, dari Distrik 6. Mai menggunakan pisau lempar yang memiliki banyak variasi. Ada yang biasa saja, ada yang bergerigi atau bahkan berduri. Tinggal diputar dan dia bisa mengubah variasi pisaunya. Ryosuke menggunakan panah sepertiku, hanya saja panahnya seperti dimasukkan ke dalam botol dan aku tidak tahu alasannya.
Giliran Naruhana dan Rio, dari distrik 7. Sebagai seorang yandere, Naruhana menunjukkan kesadisannya di saat yang sangat tepat. Dengan berbekal pedang warna hitam pekat, tebasannya sejajar denngan Hinagiku maupun Kanata, dan lagi gerakan Naruhana yang lincah. Rio ternyata pengguna panah juga, dan memiliki akurasi yang bagus.
Setelah itu, dilanjutkan dengan Distrik 8, Mirai dan Lan Hua. Mereka berdua sama-sama menguasai camouflage dan cepat. Mirai menggunakan senjata berbentuk bintang yang bisa dilempar bernama shuriken. Lan Hua menggunakan dua kipas yang bisa ia lempar dan putar dalam pertarungan.
Tibalah giliran kami, Distrik 9.
Ren maju pertama, dan dia mengeluarkan tombak. Ternyata dia lebih kuat dari dugaanku. Tombaknya langsung ditusuk ke arah dummy doll itu, dan bahkan dengan tombaknya ia mengayunkan dummy doll yang sudah tertancap dengan mata tombaknya ke dummy doll lain. Singkatnya, dia menimpuk-nimpuk.
“Hebat juga. Padahal kau adalah anak dari pembuat roti,” ujar Seiru. “Baiklah, giliranmu, Miyu Ichinose.”
Aku mengangguk dan maju ke tempat latihan. Dengan instingku, aku menarik panahku, dan saat aku melepas panahnya, itu langsung tertancap dengan tepat sempurna dan menghancurkan dummy doll itu. Tak mau kalah cepat, aku memanah dummy doll lainnya dengan cepat.
“Seorang pemburu, bisa dibilang kau sangat terlatih.”
“Terima kasih.” Balasku kembali pada Seiru.
Setelah penunjukkan bakat selesai, kami melakukan latihan berlari agar stamina kami terbangun dengan baik. Kami juga melakukan kegiatan atletik dan senam. Tak lupa, ada pula latihan mengatur strategi. Pokoknya hari itu dipenuhi dengan banyak kegiatan yang gunanya untuk mempersiapkan diri untuk The Assassination Games.
Tepat setelah latihan berakhir, Seiru mengumumkan cara round pertama untuk The Assassination Games besok. “Kalian tahu bahwa kompetisi ini bersifat pembunuhan. Ronde pertama akan dimulai dengan, kalian tiba di sebuah tanah lapang dan kalian harus mengambil tas berisi senjata tambahan, makanan dan peralatan obat-obatan. Karena terbatas, kalian harus memperebutkannya,”
Seiru menatap kami semua dengan tajam. “Namun itu memerlukan aksi membunuh, atau kalian tidak akan bisa mendapatkan tas itu. Dengan tas itu, kalian harus segera masuk ke hutan dan mencari jalan keluar ke sebuah menara nanti yang menjadi tempat finish kalian. Kadang kalian akan saling bertemu dan melibatkan sebuah pertarungan untuk terjadi.”
Memang mengerikan, ronde pertama akan menyambut kami dengan menegangkan. Pembunuhan sudah terjadi kemungkinan besar, dan berarti kami semua harus bersiap-siap untuk mempertaruhkan nyawa.
“Kembali ke kamar kalian masing-masing. Istirahat yang benar, besok kalian harus sudah berkumpul di depan lift yang akan membawa kalian ke atas tanah lapang, dan akan kami beri petanya.” Ujar Seiru menyerahkan peta-peta yang dibutuhkan nanti.
Setelah semuanya selesai, aku dan Ren kembali ke kamar kami. Rasanya cukup melelahkan hari ini, dimana banyak kegiatan persiapan yang membuat semua badanku pegal. Hah, lebih parah daripada berburu seharian.
“Cepatlah tidur, besok adalah hari yang telah ditunggu-tunggu oleh seluruh Nealithia.” Ujar Ren yang telah mengganti bajunya dengan baju tidur. Kelihatannya dia agak sedikit khawatir… Tapi itu wajar karena kami semua harus membunuh, atau malah dibunuh nantinya.
Aku tersenyum membalas ucapannya itu. “Oke.”
Kami tidur di kasur masing-masing dengan nyenyak, walau menyimpan rasa takut dan khawatir untuk esok harinya yang menjadi awal dari The Assassination Games. Aku tak tahu bagaimana nasibku yang selanjutnya, tapi aku berharap aku bisa melewatinya. Baik aku maupun Ren, atapun Naruhana dan Rio, aku tahu bahwa kami semua tidak mungkin bisa tegar menghadapi hari esok…
***
Miyu-san... Miyu-san, bangun… Ayo, bangun!
“Eh?” Aku membuka mataku perlahan dan bisa melihat Ren yang baru saja selesai berganti baju dengan baju kasualnya. “Aku terlambat bangun lagi ya?”
Ren menggeleng. “Tidak juga sih, tapi sebaiknya kamu bangun karena hari ini adalah The Assassination Games.”
Terkejutlah hatiku. Waktu berlalu terlalu cepat, dan kenapa sudah harus memulainya? Aku pasrah dan mencoba kuat, pergi ke kamar mandi untuk mandi dan lalu berganti baju dengan pakaian kasual.
Aku sudah cukup terlatih dalam menggunakan keran air shower ini dan rasanya tidak ada halangan lagi saat mandi. Rasanya aku benci hal itu, karena aku tidak mau cepat-cepat membunuh atau dibunuh oleh peserta lainnya. Setelah mandi, aku berganti baju dengan kaos warna hitam keabu-abuan dan celana panjang warna khaki. Tak lupa, jaket kulit sedada yang bisa melindungi diriku sedikit. Kuikat rambutku dan tidak lupa mengambil panahku, dan kutaruh di tas panah yang kuselempangkan.
“Aku sudah siap.”
Ren mengangguk dan kami keluar dari kamar, dan segera berjalan ke tempat lift yang sudah diberitahu oleh Seiru. Kami sudah bisa menemukan semua peserta, kecuali peserta dari Distrik 3. Naruhana melambaikan tangannya kepada kami berdua, dan tatapannya sedikit sadis – mungkin karena sebentar lagi dia akan bertarung dan berubah mode…
“Baiklah kalian semua, sepertinya kalian sudah berkumpul,” kata Seiru. “Oh, Distrik 3 belum datang ya?”
Untunglah peserta Distrik 3 pun langsung datang tepat waktu dan Seiru bisa melanjutkan penjelasannya. “Waktu kalian untuk sampai ke menara itu hanyalah dari pagi ini sampai tepat jam 12 malam. Lebih dari itu, kalian dianggap gagal.”
Seiru menyuruh kami untuk berdiri masing-masing di lift yang berjumlah delapan belas itu, dan boleh masuk secara acak, tidak harus bersama dengan peserta distrik yang sama. Ren mengambil lift yang hanya berbeda dua dariku, dan arahnya dari kanan. Naruhana sendiri berada di sebelah kiriku.
Kalau aku mengingat-ngingat, semua distrik menontoni kami dengan melihat sebuah layar besar yang terletak di tengah-tengah distrik…
Kizuna’s POV
Hari yang begitu hambar tanpa sahabatku itu.
Andai saja aku tidak egois dan tidak mengatakan mengenai ketakutanku saat Hari Pemilihan, Miyu tidak akan menggantikanku hari itu. Sekarang aku hanya bisa diam, bernyanyi-nyanyi tidak jelas di padang rumput dekat hutan. Sambil kutiup bunga dandelion, aku berharap Miyu selamat.
“Kizuna!” ujar seseorang yang kuanggap sahabat selain Miyu, yaitu Riechel. “Ronde pertama The Assassination Games sudah akan dimulai! Kita harus segera…”
Aku terkejut. Aku lari ke tempat dimana layar besar itu berada, dan diikuti oleh Riechel. Dengan langkah seribut aku terus bergerak ke tempat layar itu, tak peduli aku ngos-ngosan ataupun berkeringat. Kubisa melihat wajah Miyu, dan Ren, peserta perwakilan laki-laki dari Distrik 9.
Dia sepertinya memandang kami semua dan menunjukkan salam khas Distrik 9, yaitu mengacungkan jempol. Semua warga mengacungkan jempolnya juga, dan aku pun mengikuti mereka untuk menghormati jasa Miyu dan Ren nantinya. Dengan senyum, dia pergi naik ke lift yang membawanya ke tanah lapang.
End of Kizuna’s POV
Aku tahu bahwa ada kamera yang akan merekam semua peristiwa saat kompetisi dimulai. Dengan salam khas distrikku, aku berharap mereka termasuk Kizuna ataupun ibuku melihatnya. Sekarang aku harus fokus, dan bersiap untuk memenangkan kompetisi ini.
Himeta, Haru dan Chitose memandang kompetisi itu lewat layar di Centrum, menurutku. Semua orang melihat kompetisi ini, dan aku tidak akan kalah. Ini demi seluruh Distrik 9. Sedikit aku menoleh kepada Ren, dan tersenyum pelan. Dia membalasnya, menandakan bahwa dia siap, ataupun aku sendiri juga sama.
“One.”
Itu dia tanda bahwa kompetisi gila ini akan segera dimulai.
“Two…”
Aku akan merasa berdosa untuk hari ini dan esok. Tanganku sudah kutahu akan berlumuran oleh dosa.
“Three…. SET!”
To be Continued
============================================================
Konnichiwa minna~
Maaf kalau janji saya di Feather and Cherry’s Blog Lounge agak melenceng. Tadinya mau pagi hari, tapi sayangnya karena ada saudara dirumah jadi saya main dulu~ Owh, jumlah katanya lebih sedikit dari yang sebelumnya ya? Hahahahaha, mencoba untuk membuat sesuatu yang panjang.
Tidak hanya membahas cerita ini dari POV-nya Miyu aja (yang merupakan POV utama), tapi kali ini juga divariasikan dengan POV-nya Kizuna! Bertambah beberapa karakter lagi, dan itu adalah para OC di forum! Yang satu forum sama saya, tentunya tahu dong OC-OCnya~
Dan seperti biasa.
Trivia for Today :
- Dummy doll terinsiprasi dari boneka jerami yang ada tempat targetnya buat para Ninja. Ngeliat di Ninja Saga tuh…
- Camouflage itu adalah kamuflase, Mirai dan Lan Hua sama-sama menguasainya karena di RP, Mirai itu seorang Ninja dan Lan Hua adalah seorang Martial Artist.
- Maksudnya Naruhana berubah mode adalah dari imut jadi… kalian tahulah.
- Cara ronde pertama ini, tercampur dari THG dan juga Naruto, pas Ujian Chuunin yang di hutan itu. Jadi yang finish ke menara duluan itu yang menang, inget ga?
- Karena Distrik 9 miskin dan teknologi kurang, alat industrinya ga canggih. Bisa dilihat dari Miyu itu ga tahu MP4 itu apa.
Oke, sekian dulu. Jaa ne~
0 comments:
Post a Comment