Hunters: The beginning

A/N : Semuanya hanya rekayasa, cerita ini hanya tentang kisah petualang para author dari Jacinta's World yang ingin bertemu tokoh Clamp. Biasalah... Author juga ingin tampil memukau. By the way ini adalah sebuah request dari semua author. Jadi jangan salahkan saya kalau anda tidak suka.

====================================================================
Kami berdua menyusuri jalan yang asing dan tidak kami ketahui... Mencari sesuatu yang kami sendiri tidak tahu apakah hal itu ada atau tidak. Tapi.. Apapun yang terjadi kami harus menemukannya...

" Sebaiknya kemana? " Tanyanya.

" Kemana sajalah, tak usah ambil repot.." Balasku dengan tatapan santai

" Ok, ok.. hanya saja ini aku belum terbiasa berpindah ke dimensi lain.." Katanya ragu-ragu.

" Jangan khawatir, Asal bukan negeri yang di landa peperangan, aku rasa tidak apa.." kataku.

" Jadi apa misi pertama?"

Dengan tatapan heran ia menjawab " Mencari dandelion hitam.. dan itu sudah kita berikan... yang harusnya kau tanya adalah misi kedua.."

" Oh..." Aku berpikir sebentar dan tanpa mempedulikannya aku bertanya lagi.... " Harga yang harus di bayar ke 'dia'? "

" Tentu saja kepada penyihir itu..." Aku melihatnya dengan tatapan parau.

Benar saja, semuanya terjadi secara kebetulan. Bukan.... Penyihir itu menyebutnya Hitsuzen.
semua yang terjadi adalah takdir. Dan takdir itu adalah sesuatu yang telah diperkirakan. Bukan secara acak....

Aku melihat langit yang mendung.. Sedikit demi sedikit hujan mulai jatuh membasahi kami, temanku menarikku ke bangunan terdekat agar kami tidak basah.

" Kenapa kau melamun? Tidakkah kau lihat bahwa hujan akan turun? padahal jelas - jelas kau melihat ke langit.." Tanyanya seperti memang kesal pada tingkah ku.

" Sesuatu terlintas di benakku" Begitulah jawabku.

" Apa? kuharap itu bukan salah satu ide gilamu..."

" Sekali saja.. Percayalah bahwa aku tidak gila..."

" Tidak.. Aku telah lama mengenalmu, dan seratus persen akan kukatakan dengan lantang. Kau gila..."

" Baiklah kurus.. Kau menang, aku memang gila."

" Cukup dengan semuanya! Sekarang jelaskan apa yang ada di dalam benakmu itu!" Paksa nya. Dan aku yakin dia hanyalah manusia pintar yang penasaran.

Aku hanya tersenyum kecil. " Ingat hari itu? Hari pertama kali kita bertemu dengan Yuko sang penyihir? "

Ia membalas pandanganku. " Iya.. hari bersejarah.."

Aku meneruskan perkataan ku. " Kalau kita tidak membuat pilihan ini, mungkin kita masih menjadi pelajar di sekolah yang membosankan dan terus hidup dengan terbeban oleh rasa kebosanan itu sampai mati."

Ia melihatku dengan datar. " Sungguh.. perkataan mu sangat keren kecuali sampai ke bagian mati itu."

" Aku rasa. " Kami berdua tertawa sambil melihat langit. Tapi aku tahu bahwa kami memikirkan hal yang sama. Hari sebelum kami melakukan perjalan ini... Hari yang mengubah hidup kami.. untuk selamanya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

" Namamu?.. " Tanya sang penyihir itu kepadaku.

" Sasha... Sasha Monou.." Jawabku.

" Jarang-jarang aku melihat seorang anak... Tidak, dua orang anak datang ke tokoku.." Gumamnya sambil tersenyum. Aku rasa memang tidak wajar dua orang anak kecil seperti kami datang ke toko itu.

" Tatapan mata yang bagus. Mata emas dan rambut pirang memang cocok untukmu. Kau memiliki jiwa ksatria" Aku sedikit luluh.. aku anggap itu sebagai pujian walau hanya basa- basi.

Ia memalingkan mukanya ke sahabatku. " Kalau kau?"

" Aku Jacinta Sumeragi.." Katanya sambil menelan ludah.

" Hmmm.. Kau cantik... mungkin sebagai bayaran aku dapat memiliki mata biru mu atau rambut coklat mu itu.." menurutku tatapan bercandanya sudah cukup untuk membuat Jacinta mati berdiri. Menurutku...

" Jadi ada apa gerangan kalian berkumpul di tokoku?" Tanya sang penyihir.

Jacinta menjawab. " Kami ingin pergi ke dimensi lain.."

Penyihir itu sedikit kaget, tapi perlahan tersenyum lagi. " Kalian yakin?"

" Ya.." Kataku lantang.

" Kalian terlalu kecil untuk membuang nyawa." Jawabnya, hanya saja kali ini dia memusatkan pandangannya ke arahku dengan tatapan serius.

" Kau pikir kami tidak tahu resikonya?" Kataku balik bertanya.

Ia tersenyum. " Kau pintar bicara ya? "

" Aku hanya bicara apa yang ingin ku bicarakan saja, tidak lebih." Jawabku santai.

Penyihir itu bertanya lagi" Kalian berdua saling kenal?"

Aku dan Jacinta berpandangan. " Ya"

" Apa alasannya kalian ingin berpindah dimensi? dimulai denganmu pirang" Ia menatapku.

Aku menunduk. "Ada seseorang yang ingin ku temui..."

" Dan orang itu ada di dimensi lain... Betul?" Lanjutnya. Aku terdiam sesaat kemudian mengangguk.

" Terus kalau si cantik?" Jacinta menatap penyihir itu dan aku rasa dia tidak suka nama panggilan yang di buatkan khusus oleh sang penyihir.

" Aku ingin pergi ke suatu tempat dimana aku tidak akan menderita lagi..." Aku melihat Jacinta dengan pandangan datar. Begitu pula dengan si penyihir.

" Baiklah, kalian dapat memanggilku Yuko..." Lanjut 'Yuko'.

" Aku akan mengabulkan permintaan kalian." Lagi-lagi ia menatap kami dengan tatapan serius.

" Tapi dengan bayaran yang setimpal."

" Kami tahu" Jawab kami.

" Mulai sekarang di tiap dimensi yang akan kalian kunjungi, aku akan meminta kalian untuk mencari 'sesuatu'. "

" Sesuatu? " Tanya kami.

" Ya. Sesuatu yang setimpal di tiap satu dimensi." Jawab Yuko.

Kami mengangguk. Tiba- tiba muncul lingkaran aneh di tempat kami berdiri.

" Itu adalah lingkaran sihir. Tiap kalian akan berpindah dimensi lingkaran itu akan muncul. Itu adalah tanda bahwa kalian mengikat perjanjian dengan ku."

Berlahan-lahan wajah Yuko menjadi samar.

" Tiap orang yang kalian temui di dimensi sebelumnya akan mengalami hidup yang berbeda di dimensi selanjutnya. Sisanya aku rasa kalian sudah tahu terutama kau pirang!" Katanya disertai candaan.

Aku tidak dapat mendengar suaranya lagi dan semuanya menjadi hampa....

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


" Sasha! " Aku mendengar teriakan.

" Sasha!" Aku mendengarnya lagi.

" Sasha kiamat!!!!!" Kali ini teriakannya cukup kencang hingga dapat membuat ku tersadar.

" Hah, yang benar?!" Balas ku berteriak sambil menengok kanan kiri.

" Tidaklah! Kamu bisa-bisanya tidur dengan keadaan berdiri begitu. Mana kamu senderan di pundakku lagi! Lihat ini! Air liur mu!" Bentak Jacinta kesal.

" Syukurlah" Kata ku lega.

" Syukur apa?! " Bentaknya lagi.

" Apa peduliku kurus?" Ejek ku, sesaat ku lihat langit sudah cerah.

" Sudah cerah ya? dari kapan?" Tanya ku.

" Ya, setengah jam yang lalu... " Jawab Jacinta sedikit jengkel.

" Baiklah.." Kata ku sambil menguap lebar. " Ayo selesaikan misi ke dua!"

Ia tersenyum." Ya, ya, ya...." Jawabnya seperti biasa.

Apa hari ini akan menjadi lebih baik?




To Be Continued.............







0 comments:

Post a Comment