CLAMP School! Chapitre 1 : Chemistry Lab Accident

CLAMP School… Sebuah sekolah privat khusus para karakter CLAMP (ya iyalah!). Terletak di sebidang tanah yang cukup luas, terdiri dari 4 divisi – Divisi TK, Divisi SD, Divisi SMP, dan Divisi SMA. Cerita ini mengisahkan mengenai kehidupan kocak (ga yakin sih), aneh (99,9% terbukti) dan agak romantis juga (ga jamin lho yaaa…).
Fai D. Fluorite – guru Kimia SMA yang agak funny tapi kelewatan. Hobinya teasing Kurogane si guru OR. Hari ini, dia mendatangi kelas 1-C.
“Pagi, murid-murid~!” serunya.
“Pagi, Fai-sensei!” balas para murid membungkukkan badan.
“Nah, duduk-duduk! Seminggu lagi, kita akan mengadakan praktikum Kimia! Dan, demi keselamatan kita semua… Mengingat Kobato-chan hampir copot nyawanya (busyet dah), saya sudah menentukan kelompoknya!” Para murid mendesah, tidak bisa sekelompok dengan sahabat baik mereka.
Fai mulai menulis kelompok praktikum itu di papan tulis. Ada yang gembira, tapi ada juga yang mengeluh. Kobato sangat bersyukur, karena ada Syaoran dan Watanuki masih bersamanya (just said mereka itu sahabatan akrab).
“Nah~! Ketua kelompok yang namanya ada di nomor satu! Jadi, kelompok 1 – Doumeki-kun! Kelompok 2 – Subaru-kun! Kelompok 3… Syaoran-kun! Kelompok 4… Misaki-chan! Kelompok 5, Tomoyo-chan! Kelompok 6, Chii-chan!” ujar Fai funny dengan panggilan khasnya itu.
Semua anak berkumpul menjadi satu kelompok. Syaoran, Kobato, Watanuki, Sakura, dan Su udah membentuk kelompok dan mulai diskusi.
“Jadi, menurut lembar ini… Aku akan membagi tugas kepada kalian. Pengecualian, Kobato-san tidak usah bawa apa-apa ya…” kata Syaoran tersenyum.
“Yaah… Aku ini memang ceroboh dan bodoh ya… Polos lagi. Jadinya begini…” ujar Kobato muram.
“Tak apa, Kobato-chan! Lain kali, pasti kamu dapat kok!” kata Sakura menyemangati Kobato.
“Nah… Watanuki-kun, kamu bawa baking soda! Su-san, kamu bawa sitrun. Sakura-san… eh, aduh. Apa ya? Oh, bawa tabung film putih! Nanti aku yang bawa kertas hiasnya. Kobato-san, kamu cukup bantu-bantu aja kalau sudah praktikum.” Syaoran menyelesaikan diskusinya, alias bubar. Kobato merasa sedih, karena ternyata ia tidak berguna. Dia ingin berubah, tapi apa dikata, dia udah dari sononya ceroboh (sori deh).
==================================================(timebreak)
Syaoran keluar dari ruang OSIS. Dia adalah seorang bendahara OSIS yang cukup handal dan kerjaannya berat hari ini. Tak sadar, wajahnya memerah melihat Sakura sedang berlatih cheerleader. “Aduh… Perasaan ini memang tidak tertahankan ya…” gumamnya dalam hati.
Syaoran berjalan menuju lapangan. Dia melihat Kobato sedang menanam bunga di kebun sekolah. Dia ingat kalau Kobato itu anggota klub perkebunan. Syaoran menyapanya, “Kobato-san!”
“Syaoran-san… Ada apa? Kegiatan OSIS sudah selesai?” tanya Kobato, masih asik menanam bunga.
“Nggak… Sekadar nyapa aja. Bunga apa yang ditanam?”
“Em? Cuma bunga peoni kok… Kan musim semi.” Jawab Kobato. Syaoran teringat, kalau bunga kesukaannya bunga peoni! (menurut manga CCS)
“Oh… Begitu. Ya sudah, sampai besok ya.” Syaoran meninggalkan Kobato. Dia nggak sadar kalau Kobato tau bunga kesukaannya.
Saat sedang berjalan, seseorang menepuk pundak Syaoran. “Hyaa!”
“Tenang, Syaoran-kun! Ini aku, Sakura!” kata Sakura.
“Sa, Sa, Sakura-san…!” Lagi-lagi, blush mode* on. Syaoran menoleh dengan wajah yang merah.
“Kenapa? Kok wajahmu merah? Kamu sakit ya?!” kata Sakura terkejut, bercampur aduk dengan khawatir (lha, kan lu Sakura, yang ngebuat wajahnya merah kepanasan kayak gitu).
“Nggak kok… Sakura-san, latihannya sudah selesai?” tanya Syaoran.
“Yup! Tadi aku melihatmu sedang jalan, jadi aku samperin deh! Dan… jangan terlalu formal deh manggil aku! Cukup Sakura saja.” Jawab Sakura.
“Eh… Uh… Sakura… Oke.” Syaoran terbata-bata, soalnya itu tanda mereka semakin akrab! Syaoran malah lari menjauh dari Sakura.
“Syaoran-kun?” Sakura heran melihat tingkah Syaoran.
============================================================
Minggu depannya…
Di lab Kimia, Kobato hanya memerhatikan teman-temannya yang sibuk mengerjakan praktikum. Rasanya udah kayak debu berjatuhan deh! Nggak ada gunanya buat teman-teman.
“Nah, Su! Coba luncurkan!” ujar Watanuki.
“Oke…” Su meluncurkan roket mereka, dan meluncur di sekeliling lab Kimia. Fai bertepuk, atas pekerjaan mereka.
“Bagus, anak-anak! Kelompok 3, 90!” Fai segera mencatat nilai mereka. Syaoran dan yang lain saling bertepuk tangan. Hanya Kobato, yang terpojokkan, diam tanpa bergabung. Dia sadar, dia hanyalah penghalang dan tidak ada yang memperhatikannya.
Kelompok 6, mengalami kecelakaan. Chii tanpa sadar tersentak ke lemari kaca yang ada spiritusnya (wah, rusuh)! Spiritus pecah dan mengotori lantai. Dan yang lebih parah, kelompok Chii sedang menyalakan bunsen dan tak sengaja Misaki menyenggol meja – otomatis bunsen jatuh ke bawah lalu tepat mengenai spiritus! KEBAKARAN!
Semua murid berusaha kabur. Semua kelas mencoba untuk menolong mereka. Syaoran dkk berhasil keluar, tapi adakah yang ketinggalan? Kobato dan Chii dalam bahaya!
Chii tersedak menghirup asap spiritus. “Ohok, ohok… Kobato-chan… tidak apa?” tanyanya.
“Chii-san! Aduh, kita terperangkap!” Kobato sedang berpikir keras untuk menolong dirinya dan Chii. Et VOILA! Sebuah akal cemerlang muncul. “Chii-san! Gunakan kain ini untuk menyibak api, dan keluarlah!”
“Tapi… Kobato-chan…” ujar Chii.
“Tak apa! Cepatlah kabur, selama api masih belum begitu besar!” Kobato mendorong Chii untuk pergi. Dengan berat hati, Chii pergi menyelamatkan diri.
“CHII! Kamu tak apa-apa?!” tanya Tomoyo kaget, melihat Chii memegang kain yang agak hangus bekas menyibak api.
“Jangan khawatirkan aku… Tolong… selamatkan Kobato…chan… Dia… terperangkap di… sana…” Chii langsung pingsan mendadak, kebanyakan menghirup asap. Yang lain langsung kaget mendengar masih ada Kobato terperangkap!
Semua langsung teringat, dari tadi Kobato memojok di dekat lemari kaca. Otomatis dia terjebak! Semua bingung untuk menyelamatkannya. Syaoran dkk pun juga baru ingat.
Kobato yang terpojok, Cuma bisa pasrah. Mungkin ini yang dimaksud ‘copot nyawa’ ya… Tak apa. Yang penting, Chii selamat. Satu-satunya yang bisa ia lakukan agar berguna adalah menyelamatkan Chii. Detik-detik terakhir, pikirnya. Dia sempat menangis.
Tanpa pikir panjang, Syaoran langsung terjang api – bersama dengan Watanuki. “SYAORAN-kun! WATANUKI-kun!” ujar Sakura. Syaoran dan Watanuki terus mencari Kobato, tanpa peduli baju mereka terbakar atau hangus.
Su mencoba untuk menenangkan Sakura. “Tenanglah… Syaoran-san dan Watanuki-san akan segera kembali… Membawa Kobato-chan!” Tomoyo menidurkan Chii di pangkuannya, sambil menenangkan Sakura juga.
Syaoran melihat sehelai rambut coklat kemerahan di lantai. “Jangan-jangan…”
Tak lama, Watanuki melihat sebuah tangan terkapar di lantai – ada bekas kebakar sedikit. “Syaoran… Itu…”
“KOBATO-SAN!” ujar mereka berdua terkejut, melihat Kobato sudah terkapar di lantai. Sekujur tangannya berbekas karena kebakar sedikit, dan rambutnya agak menghitam. Terdengar batuk kecil darinya. Jas seragamnya udah kebakar setengahnya gara-gara dipakai untuk berlindung. Syaoran segera melepas jasnya dan dipakainya untuk menyelimuti Kobato.
“Syaoran, kita harus segera keluar… Sebelum kita juga terbakar habis!” ujar Watanuki. Syaoran segera mengangkat Kobato.
“Ya!” Mereka berdua langsung berlari kencang, dan berhasil kembali dengan membawa pulang Kobato.
“Apa dia selamat?!” tanya Sakura.
“Entahlah…” kata Watanuki sedih. Sakura melihat Syaoran yang menatap Kobato penuh rasa bersalah dan kasihan.
“Lebih baik, segera bawa Chii dan Kobato ke UKS.” Kata Fai. Di lain pihak, para petugas sedang memadamkan api.
Dengan cepat, Watanuki mengangkat Chii, sementara Syaoran mengangkat Kobato dan berlari ke UKS untuk menyelamatkan luka mereka.
“Sebenarnya, Mihara selamat karena menghirup asapnya tidak lama. Tapi… untuk Hanato, dia harus dilarikan ke CLAMP Hospital karena dampaknya besar. Sepertinya dia menolong Mihara dulu, jadi dia menanggung resikonya dan akhirnya dia pingsan.” Jelas Seishirou, dokter sekolah.
“Apa?!” kata Syaoran terkejut.
“Kita harus segera membawanya. Kepala Sekolah – Yuuko-san akan mengirimnya segera ke rumah sakit. Kalian berdua, lebih baik kembali ke kelas. Mihara disini saja dulu.”
Syaoran dan Watanuki pun berjalan ke kelas dengan wajah murung.
“Syaoran! Watanuki! Bagaimana keadaan Chii dan Kobato?” tanya Tomoyo.
“Chii… selamat. Kobato sih… harus dilarikan ke rumah sakit…” jawab Watanuki terbata-bata. Syaoran malah diam saja, menyesal karena tidak bisa mengawasi Kobato. Entah kenapa Sakura hilang saja dari pikirannya.
“Apa?! Kobato-chan kan tinggal sendirian? Siapa yang akan membiayainya?” tanya Suou.
“Keliatannya sih kepsek, tapi sebaiknya kita juga ikut menyumbang.” Jawab Watanuki lagi. Syaoran malah tambah tenggelam dalam kekecewaan.
“Baiklah… Kita akan segera menyumbangkannya.” Kata Tomoyo pada semuanya.
To be continued… Chapter 2.

Kobato agak dibuat tragis di chapter ini. Cerita ini memang berkisah mengenai macam-macam kisah di CLAMP School. Di chapter ini, terlihat perkembangan hubungan antara :
SyaoranxSakura : +20% (panggilan nama dan latihan cheerleading)
SyaoranxKobato : +20% (bunga peoni dan kejadian lab)
Siapa yang kamu dukung? Comment untuk mendukung dua pasangan ini! Sepertinya, love triangle dimulai!
Sori, kalau agak di buat tragis dipertama… Hahaha… Lagi kepengen cerita yang agak romantis jadi dibuat begini (tapi ini sih kelewatan ya?).
Bye!

1 comments:

ESP-28 said...

syaobato!!!!

Post a Comment