Entah kenapa, Kobato sudah terbangun jam 5 pagi. “Huahhhh… Sudah pagi ya? Em… Jam berapa ya?” Kobato melirik jam, dan ternyata baru jam 5 pagi. “Aduh, aku kepagian.”
Terlihat, Suu dan Nadeshiko masih tertidur lelap. Akhirnya, Kobato memutuskan untuk mandi duluan dan jalan-jalan di sekitar resort. Untunglah, ada Chii yang juga sudah bangun. “Chii!” ujar Kobato.
“Eh, Kobato-chan! Sudah bangun? Untung saja ada teman yang bisa diajak ngomong!” Kobato pun sempat berbincang-bincang dengan Chii. Sampai akhirnya, satu jam berlalu. Jam 6. Terlihat Syaoran dan Syaoron baru saja keluar dari kamar masing-masing.
“Kobato!” ujar Syaoran.
“Syaoran… Selamat pagi!” kata Kobato sambil tersenyum. Syaoran langsung blushing. Syaoron pun cekikikan melihat tingkah adik kembarnya yang satu itu.
“Hey, Kobato. Apa Nadeshiko sudah bangun?” tanya Syaoron melihat sekeliling.
“Hmm… Entahlah. Saat aku bangun jam 5, dia masih tidur.” Langsung saja, Nadeshiko datang dengan Suu, memanggil Kobato. “Hey, Kobato. Sudah saatnya makan! Yang lain juga…” ujar Nadeshiko, yang kemudian melihat Syaoron. Lalu, Syaoron tersenyum.
****
Sarapan pagi yang cukup menyenangkan. Habis ini, acara main ski akan dimulai! “Nah… Semuanya, siapkan peralatan ski kalian, dan segera berkumpul di lokasi ski!” ujar Yuuko.
Kobato sudah gemetar saja melihat lokasi skinya. Aduh, aku nggak bisa ski… Tapi, sangat beruntung ada Yuuko yang mau mengajarkannya. “Baiklah Kobato, coba memusatkan posisi seperti ini.” Kobato langsung mengikutinya dengan baik. Tapi, sayang sekali dia langsung meluncur!
“AAAAAAAHHHHHHHH!!!!!” jerit Kobato sambil mencoba untuk menahan luncurannya, tapi tidak bisa. Syaoran yang mendengarnya langsung turun untuk menolongnya. Lebih parah lagi, terjadi badai salju!
“Syaoran! Kobato!” seru Nadeshiko dari atas. Tapi, tidak ada jawaban. “Aduh, nggak mungkin mereka mati kan?” Syaoron pun memutuskan untuk menyiapkan tim untuk mencari mereka. Syaoron, Nadeshiko dan Suu mencari ke arah timur, sementara Watanuki, Kamui dan Chii ke barat.
Sementara itu, Syaoran dan Kobato…
“Kobato! Kobato!” seru Syaoran mencarinya. Dilihatnya Kobato terkapar di timbunan salju. “Kobato…!” Untung saja, Kobato masih bisa bangun.
“Uh… Syaoran…? Kita dimana…?” tanya Kobato tertatih-tatih.
“Kayaknya kita ke bawa badai salju ke lereng gunung deh. Gimana ya…” kata Syaoran, mulai mencari tempat yang bisa untuk berteduh sementara. Dia menarik tangan Kobato, dan langsung pergi mencari tempat.
Kobato melirik sebuat rumah kayu tua yang masih utuh. “Syaoran! Di situ ada rumah!” ujar Kobato menunjuk rumah itu. Syaoran pun mengangguk, dan masuk ke rumah itu.
“Kita berteduh dulu saja disini… Kalau badai saljunya sudah reda, kita akan meneruskan perjalanan.” Syaoran pun mencari kain yang bisa dipakai untuk menyelimuti diri. Untung saja, ada kayu bakar yang bisa dipakai untuk memasang perapian.
“Syaoran… Aku berharap kita bisa ditemukan.” Kata Kobato.
“Aku juga. Kita tunggu saja, mungkin kita akan ditemukan.” Kata Syaoran, menyelimuti Kobato dan dirinya sendiri. Wajah mereka berdua langsung blushing.
“Syaoran, ingat tidak kejadian waktu malam kemarin?” tanya Kobato.
“Ingat tuh… Kamu ingat apanya? Bintang Vega? Atau…” Syaoran dengan memberanikan diri mencium Kobato, dan Kobato pun menerima terjangan itu. “Mungkin hal ini?”
“Ih! Nggak juga ya… Tapi aku juga mengingat ini…” kata Kobato blushing.
“Sudahlah, lebih baik kita tidur… Kalau kamu masih kedinginan, bilang saja.” Syaoran pun memeluk Kobato erat. “Badanku hangat gak? Kamu masih kedinginan?”
Kobato menjawab dengan wajah masih blushing. “Iya… Hangat sekali.” Setelah beberapa lama, Kobato pun tertidur di pelukan Syaoran. Syaoran sendiri masih sempat bangun, dan tersenyum melihat Kobato yang terlelap di pelukannya. Untuk yang terakhir kalinya, dia mencium Kobato.
Di lain tempat, Syaoron cs…
“Beuh! Nadeshiko-chan, gunakan kunci FLY dong!” ujar Suu.
“Oke… Kunci FLY! Jawab perintahku dan bangunlah!” Nadeshiko pun langsung muncul sayapnya, tapi ia switch ke tongkatnya. Syaoron dan Suu pun ikut naik dan mereka mulai terbang mencari Syaoran dan Kobato.
Sementara itu, Watanuki, Kamui dan Chii mengandalkan kemampuan Kamui untuk mendeteksi Kobato dan Syaoran. Watanuki mencoba untuk bertanya pada ayakashi terdekat dimana letak manusia. Chii menggunakan kekuatan chobitsnya untuk melacak jejak-jejak mereka.
“Eh, kayaknya mereka ke sana deh. Chii-san melacak jejak?” tanya Kamui.
“Iya sih, arahnya ke sana. Watanuki-san, bagaimana laporannya?” tanya Chii gantian.
“Hmm… Mereka bilang arahnya ke sana juga. Kita cari saja.” Watanuki, Kamui dan Chii pun berangkat ke arah yang telah mereka tebak.
Ada rumah kayu tua, terlihat dari atas. Nadeshiko pun langsung menurunkan tongkatnya ke rumah itu. “Mungkin ini.” Ujar Nadeshiko.
“Kita masuk. Eh, Watanuki, Kamui-san, Chii.” Kata Syaoron melihat kedatangan tim Watanuki.
“Ayo, kita masuk!” ujar Chii. Ternyata, ada Kobato yang sedang tertidur lelap di pelukan Syaoran. Kamui pun menggendong Kobato, sementara Chii merangkul Syaoran. Nadeshiko segera mempersiapkan tiga kunci.
“Kunci FLY! Jawab perintahku dan bangunlah! Kunci SAGITARIUS! Jawab perintahku dan bangunlah! Kunci TAURUS! Jawab perintahku dan bangunlah! ” Nadeshiko, Syaoron dan Suu naik tongkat Nadeshiko. Watanuki membawa Syaoran di kunci Taurus, sementara Kamui dan Chii membawa Kobato di kunci Sagitarius.
Mereka pun sampai di resort. Banyak anak telah menunggu mereka. “Kalian telah kembali!!” seru mereka bahagia. Kobato dan Syaoran segera dibawa ke ruang kesehatan. Kedamaian telah kembali ke rombongan CLAMP School.
To be continued… Chapitre 12.
Isinya sedikit lebih banyak dari chap 10. Kelihatannya, perkembangan Syaoran dan Kobato memang pesat! Bagaimana dengan keadaan yang lainnya? Tunggu di kisah selanjutnya! Chap 11 adalah awal dari Vol. 3, dan fan fiction ini akan berakhir di vol. 4. Jadi ikuti terus perkembangan fanfic ini!
BYE! BYE!
Chapter 6: Yukari's Lovey Dovey Plan!
12 years ago
0 comments:
Post a Comment